Saturday, March 13, 2010

Tugas 1 MSi 2010: Control Problem

Amati di kantor Anda (bagi yang sudah bekerja) atau di suatu perusahaan/organisasi yang Anda memiliki akses untuk mengamati
Identifikasi apakah terdapat control problem? (lack of direction, lack of motivation, and lack of competence)
Kumpulkan Tugas Saudara melalui Elearning Webblog di: www.apmcs.blogspot.com
Paling lambat dikumpulkan (diupload) pada tanggal 20 Maret 2010.
Anda boleh tidak menyebut nama perusahaan/instansi, namun perlu menyebutkan perusahaan/instansi tersebut bergerak di bidang apa.

17 comments:

Patrick said...

PATRICK VIVID ADINATA
P2CB09021


Saya, Patrick Vivid Adinata, mencoba melakukan brief observation mengenai problematika pengendalian (control problem) yang terdapat pada sebuah lembaga pendidikan tinggi swasta di DIY. Selaras dengan yang dikemukan Mr. Agung Praptapa dalam bukunya The Art of Controlling People: Strategi Mengendalikan Perusahaan, saya menjumpai 3 kategori control problem didalam lembaga tersebut, yaitu sebagai berikut:

1.Lack of Direction
merupakan situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaui oleh organisasi dari dirinya. (Agung Praptapa, 2009:13)

Didalam lembaga pendidikan tersebut, saya menjumpai lack of direction sebagai berikut:
• Visi dan misi organisasi belum terinternalisasi ke sebagian besar jajaran struktural karyawan. Ketidakpahaman ini mengakibatkan tidak adanya ‘spirit’ dan ‘rasa memiliki’ para karyawan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
• Pedoman atau standard operational procedure yang dibuat oleh organisasi cenderung tumpang tindih satu sama lain. Kondisi ini menimbulkan kebingungan para karyawan terhadap arah dasar organisasi dan menjadi kesulitan bagi mereka dalam menjalankan tugasnya.
• Belum adanya internalisasi yang secara kontinyu terhadap kebijakan maupun program tahunan organisasi. Hal ini mengakibatkan SDM tidak memahami perkembangan kebijakan maupun program yang akan dicapai pada periode tersebut.
• Belum adanya proses evaluasi yang kontinyu dan terdokumentasi dengan baik atas tujuan maupun program organisasi jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Lack of Motivation
merupakan situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak mau bekerja sekeras yang seharusnya. (Agung Praptapa, 2009:13)

Didalam lembaga pendidikan tersebut, saya menjumpai lack of motivation sebagai berikut:
• Sistem punishment and reward belum diterapkan dengan baik. Hal ini menyebabkan karyawan tidak terdorong untuk berprestasi karena bekerja baik maupun tidak baik akan sama saja akibatnya.
• Sistem kompensasi yang disamaratakan berdasarkan pangkat/golongan saja sehingga tidak mendorong sumber daya manusia untuk berkinerja optimal karena bekerja optimal maupun tidak, tetap akan memperoleh benefit yang sama.
• Jalur pengembangan karier dengan model senioritas dan kadang ‘koncoisme’. Hal ini tidak mendorong para karyawan untuk mengejar karier dengan memberikan kinerja yang terbaik.
• Interaksi dan komunikasi yang jarang dan kaku antara sebagian besar pimpinan dan karyawan sehingga mengendurkan semangat mereka untuk berkinerja baik.
• Program pelatihan maupun evaluasi – reflektif bagi para karyawan belum terlaksana secara kontinyu sehingga kurang memberikan wawasan dan semangat baru bagi para karyawan.


3. Lack of Competence atau Personal Limitation
merupakan situasi dimana orang-orang yang melaksanakan tugas tidak mampu mengerjakan tugas tersebut dengan baik karena keterbatasan kemampuan mereka. (Agung Praptapa, 2009:14)

Didalam lembaga pendidikan tersebut, saya menjumpai lack of competence sebagai berikut:
• Model karier dengan ‘koncoisme’ seringkali tidak menempatkan karyawan pada the right man for the right place and the right job.
• Perekrutan sumber daya manusia yang cenderung non-formal dan kekeluargaan sehingga kurang dapat menempatkan SDM sesuai dengan kompetensinya.
• Kurangnya program pelatihan dan pengembangan ketrampilan baru bagi SDM, sehingga tidak menambah keahlian, ketrampilan, dan pengalaman baru bagi karyawan.

Cukup kompleksnya problematika pengendalian (control problem) yang terdapat dalam organisasi ini, akhirnya kini mendorong manajemen untuk merumuskan dan menjalankan strategi pengendalian yang tepat dan jitu untuk diaplikasikan dalam organisasi tersebut.

Tetap semangat dan salam sukses…

AGUNG PRAPTAPA said...

Bagus Mas Patrick, sukses selalu!

QORI AL BANIN P2CB09022 said...

QORI AL BANIN
P2CB09022
MSI ANGKATAN IX PURWOKERTO
Email:q_yiu@yahoo.co.id

Di dalam bukunya "The Art of Controlling people" Mr. Agung Praptama mengatakan bahwa dalam menyiapkan sistem kontrol yang baik perlu cermati dulu mengapa kita tidak bisa mendapatkan yang kita mau, atau dengan kata lain mengapa sistem kontrol yang telah kita siapkan tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.
saya mencoba meneliti sebuah home industry yang bergerak dalam bidang produksi kerupuk yang terdapat di salah satu desa di kabupaten Banyumas.
Didalam Strategi mengendalikan perusahaan, terdapat 3 macam kontrol problem dalam home industry tersebut, yaitu:

1. Lack of Direction (kekurangan arahan), yaitu situasi di mana orang-orang dalam organisasi tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaui oleh organisasi dari dirinya. (Agung Praptapa, 2009)

Di dalam perusahaan tersebut,saya menemukan kekurangan dalam lack of direction, yaitu peusahaan yang dibentuk dari adanya warisan turun temurun, sehingga produksi yang dilakukan berdasarkan nenek moyang. Kondisi ini berakibat pada minimnya inovasi yang ada. tidak ada arahan dari pihak manapun,,semua bekerja sesuai dengan apa yang mereka tahu tanpa memikirkan apa yang diharapkan perusahaan dari dirinya, atau apa yang mereka tahu mungkin tidak sama persis dengan apa yang dimaui perusahaan.

2. Lack of Motivation (kekurangan motivasi), yaitu situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak mau bekerja sekeras yang seharusnya. (Agung Praptapa, 2009)

Dalam lack of motivation, pemilik perusahaan tidak kompensasi yang mendorong para karyawan bekerja dengan lebih giat lagi. Kondisi ini sejalan dengan kondisi masyarakat yang cenderung pasif. Tidak adanya motovasi untuk memberikan yang lebih baik lagi selain bekerja sesuai dengan apa yang mereka bisa. Motivasi dibagi ke dalam dua bagian, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang tumbuh sendiri dari diri seseorang, yang karena kesadaran dan pemahamannya tentang suatu hal, menjadikannya tergerak untuk mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati. ini belum bisa dilakukan oleh para karyawan karena kurangnya penegtahuan yang dimiliki oleh mereka maupun pemilik perusahaan. selanjutnya adalah motivasi eksternal,yaitu motivasi yang tumbuh karena faktor di luar diri seorang,seperti faktor upah, intensif yang menarik, pujian atasan, takut terhadap hukuman, dan malu pada teman. ini belum bisa dilakukan dikarenakan antara pemilik dan karyawan secara bersama-sama terjun langsung dalam pembuatan produk tersebut dan bersifat kekeluargaan.

3. Lack of Competence (keterbatasan kemampuan), yaitu situasi dimana orang-orang yang melaksanakan tugas tidak mampu mengerjakan tugas dengan baik dikarenakan keterbatasan kemampuan mereka. (Agung Praptapa, 2009)

Sejalan dengan hal tersebut, pemilik dan para karyawan sebenarnya mengetahui apa yang harus mereka kerjakan, mereka mau bekerja sekeras yang seharusnya, tetapi sayangnya mereka tidak mampu mengerjakan tugas tersebut dengan baik karena keterbatasan kemampuan mereka.
Sebab dari keterbatasan kemampuan dipengaruhi oleh tidak adanya kreatifitas yang tinggi,,hanya sekedar meneruskan apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.

permasalahan yang dihadapi dalam home industry tersebut cukup sulit untuk dapat mengembangkan produknya. Oleh sebab itu, perusahaan harus lebih kreatif dalam memproduksi barang yang mereka buat sehingga akan tercipta suatu barang yang mempunyai nilai lebih dalam benak konsumen dan karyawan pun akan merasa puas dalam memproduksi barang tersebut.

Terimakasih dan salam sukses...

Anonymous said...

Nama : Rakhman Adhi Nurbani
NIM : P2CB09027
Prodi : Msi

Perusahaan yang saya amati adalah perusahaan yang bergerak di bidang Telekomunikasi, dilihat dari segi sepak terjangnya perusahaan tersebut sudah sangat berpengalaman, terutama dalam menghadapi persaingan terutama dalam era bisnis yang sudah masuk kategori pasar bebas, dimana setiap perusahaan berusaha mencari subscriber sebanyak-banyaknya, sehingga cost untuk employe dan budgeting marketing di kurangi dengan cukup banyak. Ada hal menarik yang didapat dari hasil pengamatan diantaranya adalah sudah ada system control yang berjalan untuk mencapai goal di setiap tahunnya. Dari sistem untuk mencapai target yang diinginkan, sistem perekrutan karyawan, sistem menyelesaikan setiap pekerjaan dan lain sebagainya. Namun dalam perjalanannya ada juga kendala yang timbul diantaranya dengan adanya :
• Kekurangan arahan ( lack of direction ) hal ini terjadi karena sistem dari Head Quarter yang sering berubah dikarenakan untuk bisa mengatasi persaingan yang terjadi diantara para pengelola jasa telekomunikasi, hal ini mengakibatkan para employes telat mendapat arahan, sebagai contoh ada aplikasi baru, namun karena belum ada training yang cukup karyawan hanya bisa menguasai kurang lebih 60% dari apa yang diharapkan oleh perusahaan. Dan hal ini berimbas kepada kurang tercapainya target yang dicanangkan secara cepat. Hal ini mungkin juga terjadi di perusahaan lain juga seiring dengan bergantinya model. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya persaingan di bidang marketing dalam merebut konsumen yang terjadi sangat cepat.
• Kekurangan motifasi ( Lack of motivation ) hal ini juga terjadi, terutama dikarenakan adanya karyawan outshourcing, dimana ada perbedaan pola pikir antara permanent employes dan outsourching employes. Dalam menyelesaikan pekerjaan sering terjadi keraguan terutama yang dialami karyawan outsourching, dimana setiap langkah selalu was-was dan merasa kurang aman akan adanya datangnya pengurangan karyawan, pembatasan umur, masa kontrak dan bonus yang kecil. Dalam hal ini jika di teliti dengan mendalam juga berakibat adanya turunnya kinerja dan loyalitas terhadap perusahaan. Motivasi bekerja semakin berkurang dikarenakan belum adanya jaminan untuk jangka panjang. Namun untuk mengatasinya perusahaan menyediakan grading dimana mempunyai tingkatan salary dan fasilitas yang berbeda, sehingga adanya lack of motivation cukup bisa diatasi, karena karyawan berlomba mencapai tingkatan head account sebagai tingkatan tertinggi untuk karyawan outsourching dengan fasilitas yang bisa mendakati permanent employes.
• Keterbatasan kemampuan ( Lack of competence ) hal ini terjadi dikarenakan belum semua karyawan menduduki bidang yang sesuai, hal ini dikarenakan belum adanya staffing yang tepat, dan adanya sistem rotasi kerja berdasarkan area kerja bukan rotasi berdasarkan fungsi. Akibat yang terjadi adalah keterlambatan dalam handling pekerjaan, dimana setiap karyawan yang menduduki tempat baru harus belajar dari awal lagi. Dimana bidang itu sangat vital, kemungkinan hal ini juga menyebabkan goal perusahaan belum bisa mencapai goalnya secara keseluruhan.

Dari adanya pengamatan di perusahaan telekomunikasi yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa belum cepatnya pencapaian target perusahaan dikarenakan system control belum berjalan dengan sempurna, hal ini juga mengakibatkan adanya right man on the wrong place ( maksudnya ada karyawan yang sangat berpotensi dibidangnya namun belum bisa menduduki dan bisa mengerjakan dengan baik dikarenakan adanya keterbatasan hal diatas ).

salam semangat.

sulasih said...

SULASIH
P2CB09006

Assalamualaikum wr.wb

Saya sulasih bekerja di salah satu perguruan tinggi swasta di cilacap. Ada beberapa problem control yang ada ditempat kerja saya, berikut penjelasannya :

1. Lack of Direction

 Kurangnya pendekatan dan komunikasi dua arah dari atasan sehingga bawahan kurang memahami kemauan organisasi
 Tidak adanya evaluasi kerja secara langsung dari atasan kebawahan sehingga bawahan kurang mengetahui apa yang menjadi kekurangannya untuk organisasi
 Penetapan SOP yang cepet berubah ubah sehingga pegawai merasa bingung mana yang harus dikerjakan

2. Lack of Motivation

 Birokrasi yang terlalu rumit hal tersebut mengakibatkan menurunnya motivasi atau kinerja bawahan
 Sarana dan prasarana yang kurang memadai malah terkadang dibatasi sehingga bawahan kurang bias menyelesaikan perkerjaan dengan baik
 Kesejahteraan pegawai yang kurang terpenuhi mengakibatkan pegawai merasa kurang dihargai sehingga berpengaruh terhadap kinerjanya
 Tidak mau mengerjakan pekerjaan yang bukan pekerjaanya kecuali ada kompensasi yang memadai
 Kurangnya jiwa berbagi ilmu dan pengetahuan terhadap pegawai baru mengakibatkan pegawai baru merasa diabaikan
 Tidak focus pada pekerjaan utama dan lebih mengutamakan pekerjaan sampingan yang menghasilkan nilai materi yang lebih besar
 Senioritas lebih menonjol terutama dalam pengambilan keputusan sehingga pegawai baru merasa tidak turut andil dalam pengambilan keputusan
 Kurang mempunyai kemauan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan diri
 Syarat untuk menunjang karier yang terlalu sulit sehingga karyawan merasa tidak diperhatikan
 Gaya kepemimpinan yang kaku sehingga bawahan merasa kesulitan dalam

3. Lack of Competence

 Kurang mampu mengembangkan potensi diri dikarenakan gaya kepemimpinan yang kaku
 Kurangnya kemampuan dalam memperesentasikan potensi diri karena ada sisten senioritas sehingga kemampuan karyawan tidak tereksplor
 Kurangnya pelatihan sehingga kemampuan karyawan tidak berkembang


Dari beberapa uraian diatas menurut saya komunikasi, pendekatan dan pemahaman terhadap karyawan penting untuk dibina untuk membuka atau menunjang aspek-aspek lainnya diantaranya motivasi , kemampuan, dan bisa mengarahkan karyawan serta mengetahui apa yang yang menjadi keinginan karyawan dan karyawanpun akan berusaha mengetahui dan memahamai apa yang menjadi kainginan pimpinan.

Anonymous said...

Arini Hidayah
P2CB09026

Saya bekerja di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Purwokerto, menemukan control problem di dalam tempat saya bekerja yaitu :

1.Lack of Direction yaitu di mana orang-orang yang bekerja di dalam institusi ini tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaui oleh institusi contoh :
-Visi dan Misi organisasi hanya di ketahui (di sosialisasikan)kepada mereka yang berada di jajaran staf pengajar saja.
-Peraturan yang dijalankan secara tidak konsekuen dan berganti-ganti (tergantung dari siapa yang sedang menjabat)menjadikan mereka yang berada di dalam institusi ini masa bodoh dan acuh tak acuh (yang penting pekerjaan saya selesai yang lain terserah...)
-Tidak adanya evaluasi terhadap program

2.Lack of Competence yaitu situasi di mana orang-orang yang melaksanakan tugas tidak mampu mengerjakan tugas mereka dengan baik, contoh :
- Terlalu banyak karyawan di level menengah ke bawah, karena mengutamakan "Bina Lingkungan"
- Rekruitmen karyawan yang mengutamakan mereka "yang dikenal" sehingga terkadang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan
-Banyak karyawan yang usianya sudah "sepuh" sehingga tidak bisa menguasai teknologi (tidak bisa mengoperasikan komputer), dll.

Untuk Lack of Motivation di institusi kami sudah tidak terjadi lagi, karena :
- Untuk staf pengajar mereka yang ingin maju (misal studi lanjut sangat didorong dan dimotivasi asal mereka mempunyai kemauan), untuk jabatan, mereka yang mampu yang akan terpilih, meskipun usianya mungkin masih muda yang penting usia kerja dan jabatan akademiknya sudah memenuhi
persyaratan
-Untuk karyawan dalam hal kompensasi (misal gaji)mereka yang rajin bekerja (datang tepat waktu, pulang tepat waktu akan mendapatkan reward dan punishmentnya adalah tidak mendapatkan rewards,ada uang lembur, dll).
-Secara umum untuk kompensasi di institusi kami sudah cukup baik, setiap tahun ada kenaikan, ada jaminan kesehatan (Jamsostek) dan diikutkan ke dalam program pensiun (DPLK).

Terima kasih dan sukses selalu

HERNI UTAMI RAHMAWATI (P2CB09007) said...

HERNI UTAMI RAHMAWATI
P2CB09007
MSi'09

Saya Herni Utami Rahmawati, bekerja di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Purwokerto. Di tempat saya bekerja terdapat beberapa problem control yang muncul karena tidak terdapatnya pemahaman yang sama antar personal di dalam organisasi. Problem control tersebut meliputi :

1. Lack of Direction

• Seperti yang terdapat dalam buku Mr. Agung Praptapa, bahwa lack of direction yang terjadi pada institusi saya karena Visi dan Misi organisasi tidak terinternalisasi dengan baik. Antara atasan dan bawahan tidak terdapat komunikasi yang efektif.

• Visi dan Misi yang tidak terinternalisasi tersebut akhirnya juga akan mempengaruhi tujuan, sasaran, dan target-target yang seharusnya dicapai oleh bawahan.

• Karena tujuan dan target-target tidak jelas maka sulit untuk mengevaluasi hasilnya.

2. Lack of Motivation

• Di institusi saya kesempatan untuk mengembangkan diri luas, misal untuk study lanjut, mengadakan penelitian, mengikuti pelatihan, dan sebagainya, akan tetapi motivasi untuk mengikuti itu semua masih rendah.

• Motivasi tersebut meliputi baik eksternal maupun internal.

Dalam institusi saya motivasi internal dipengaruhi oleh motivasi eksternal, misalnya :
1. Untuk melakukan pengembangan diri(penelitian) dorongan/dukungan kurang.
2. Kurangnya reward/punishment

Seperti yang ada dalam buku Mr. Agung Praptapa, bahwa motivasi eksternal yang terjadi dalam institusi saya bukan karena hanya muncul karena insentif yang kurang, tetapi juga kurangnya keteladanan dan kewibawaan yang diberikan oleh atasan kepada bawahan, yang mengakibatkan bawahan sering kurang menaruh hormat kepada atasan sehingga penyampaian perintah kurang dapat dilaksanakan dengan optimal sesuai perintah atasan.

Lack of Motivation juga sering terjadi karena atasan juga kurang menghargai hasil kerja yang dicapai oleh bawahan sehingga muncul rasa ketidakpuasan bawahan kepada atasan.

3. Lack of Competence

Problem control yang ke tiga dalam institusi saya adalah keterbatasan kemampuan SDM nya karena :
• Sistem perekrutannya tidak melalui proses seleksi atau hanya menggunakan sistem kekeluargaan sehingga kemampuan seseorang tidak/belum bisa diketahui secara pasti sehingga penempatannya belum bisa memenuhi istilah the right man for the right place.

• Terbatasnya jumlah SDM, sedangkan posisi jabatan melebihi jumlah SDM tersebut sehingga banyak terjadi seseorang yang merangkap-rangkap jabatan dan terkadang bertolak belakang, sehingga hasil yang dicapai kurang optimal karena beban kerja yang tinggi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa problem control yang terjadi pada institusi saya dapat di atasi dengan mengefektifkan komunikasi antara atasan dan bawahan dengan jalan atasan memberikan teladan, dukungan dan dorongan, penghargaan dan sangsi, dan memberikan target-target yang jelas kepada bawahan sehingga bawahan memahami apa yang harus dilakukan, dan termotivasi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi dan menghindari melakukan kesalahan karena adanya sangsi.

Salam....

YUNINGSIH ESTI MULYANI said...

YUNINGSING ESTI MULYANI
P2CB09020

Dalam bukunya Mr. Agung Praptapa yang berjudul "The Art of Controlling people strategi mengendalikan perusahaan" mengatakan bahwa control adalah suatu penjaminan yang telah ditetapkan akan tercapai. Oleh karena itu dibutuhkan sistem kontrol yag baik. sistem kontrol adalah rangkaian tindakan dan perangkat yang mendukung tindakan yang akan digunakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Disini saya mencoba meneliti control problem di salah satu Sekolah Negeri di kabupaten Banyumas.
Dalam control problem terdapat 3 kategori: lack of direction, lack of motivation, dan lack of competence.
problema di sekolah tersebut antara lain:

1. lack of direction
yaitu situasi dimana orang-orang dalm organisasi tidak memahami benar apa yang diinginkan oleh organisasi.
permasalahan yang ada dalam sekolah saya adalah kurangnya memahami arti standar SKM (Sekolah Kategori Mandiri) sehingga para pengajar kurang memaknai standar tersebut dalam pelaksanaan belajar mengajar.

2. lack of motivation
yaitu situasi dimana orang-orang didalam organisasi tidak mau bekerja sebagaimana seharusnya, meskipun mereka tahu sebenarnya seperti apa dan sekeras apa mereka harus bekerja.
permasalahannya adalah banyak pengajar kurangnya dorongan dari atasan dalam meberikan jabatan sesuai dengan kerajinan dan kecakapan pengajar sehingga tidak memacu para pengajar untuk lebih keras lagi dalam pengembangan ilmunya.

3. lack of competence
yaitu situasi dimana orang-orang yang melaksanakan tugas tidak mampu mengerjakan tugas karena keterbatasan kemampuan mereka.
permasalahannya adalah dalam pembagian tugas mengajar tidak sesuai kompetensi yaitu seorang pengajar bahasa perancis diberi tugas mengajar bahasa jawa sehingga dalam mengajar tidak optimal karena kurangnya penguasaan materi.

Hal diatas merupakan permasalahan yang ada di salah satu sekolah negeri di kabupaten Banyumas. Dari hal tersebut diatas, sebaiknya pihak atasan sering memberikan breffing tentang arah pelaksanaan dalam program belajar mengajar, menempatkan karyawan sesuai dengan kerajinan dan kecaapan serta membagi tugas mengajar sesuai kompetensi.

terimakasih dan salam untuk bu Dani..

YUYUN.

Anonymous said...

DINA KURNIAWERDANI
P2CB09008

Disini saya mencoba mengamati perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, yang memproduksi furnitur. Lokasi produksinya di Klaten. Di dalam usaha ini terdapat Problematika Control, seperti yang dikemukakan Mr. Agung Praptapa.
1. Lack of Direction (kekurangan arahan)
yaitu : situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaui oleh organisasi dari dirinya.(Agung Praptapa,2009)

perusahaan ini sebagaian besar menerima pesanan dari luar kota, seperti Purwokerto (pesanan meja kursi SD, SMP, SMA/STM, dan Instansi-instansi yang ada di purwokerto), jadi pemesanannya dilakukan via telepon baik nego harga hingga permintaan bentuk/gambar yang ingin dipesan dikirim lewat fax. Disini sering terjadi kekurang arahan, kadang apa yang dimaksud kurang bisa ditangkap dengan baik. ini karena komunikasi yang kurang. oleh karena itu dibutuhkan komunikasi yang efektif dari pemilik(pemimpin) kepada pekerjanya.

2. Lack of Motivation (kekurangan Motivasi)
yaitu : situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak mau bekerja sekeras yang seharusnya.(Agung Praptapa,2009)

Biasanya pekerja tidak bisa bekerja maximal, walaupun setiap hari ada mandor yang selalu mengawasi kerja mereka. Para pekerja nampak sekali hanya sok sibuk memegang ini itu, tetapi hasilnya jauh dari yang diharapkan. Kenapa?Mungkin disini karena sistem pembayaran para pekerja berdasarkan kerja harian.Cara seperti itu ternyata tidak cukup untuk memotivasi pekerja. Tetapi sekarang sistem pembayaran itu dirubah dengan sistem borongan. Para pekerja dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan. Motivasinya disini "semakin banyak produk yang dihasilkan, semakin banyak pendapatan yang mereka peroleh".

3. Lack of Competence ( keterbatasan kemampuan)
yaitu : situasi dimana orang-orang yang melaksanakan tugas tidak mampu mengerjakan tugas tersebut dengan baik karena keterbatasan kemampuan mereka.(Agung Praptapa,2009)

Untuk mengatasi problematika kontrol yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan seseorang ini memang harus dimulai dari sistem perekrutan karyawan/pekerja yang baik. Disini perusahaan telah memilih pekerja yang sesuai dengan keahliannya. Para pekerjanya merupakan spesialis dibidangnya masing-masing (pekerja yang khusus membuat kusen, khusus membuat meja kursi, khusus finishing, dsb...)

Sekian yang bisa saya uraikan..
Terima Kasih

Catatanku said...

SRI WAHYUNINGSIH, P2CB09014/2009
yuni_delpipo@yahoo.co.id
Magister Sains Ekonomi Manajemen /UNSOED Purwokerto
Lack of Direction
merupakan situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaui oleh organisasi dari dirinya. (Agung Praptapa, 2009:13)
Lembaga yang saya amati bergerak dalam bidang jasa dikabuapten kebumen, dan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terjadi lack of direction sebagai berikut:
1. Visi dan Misi yang masih belum jelas mau dibawa ke-mana arah organisasi tersebut dan tidak tersosialisasi dengan baik.
2. SOP yang belum ada
3. Pengembangan SDM yang masih melihat segi senioritas
4. Rekruitmen karyawan sepenuhnya ada ditangan yayasan, pengelola hanya terlibat pada saat tahap penyeleksian keputusan akhir
Lack of Motivation
merupakan situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak mau bekerja sekeras yang seharusnya. (Agung Praptapa, 2009:13)
Berdasarkan pengamatan dalam lembaga ini, terjadi lack of motivation sebagai berikut:
1. Sistem Punistment dan Reward yang belum jelas, sehingga tanggungjawab perbagian dikerjakan semaunya,
2. Tidak adanya standar kinerja bagi karyawan, bahkan masih banyak karyawan yang bekerja atas dasar siapa yang memerintah.
3. Pekerjaan yang saling tumpang-tindih antar bagian
4. Tidak adanya system pengawasan yang cukup memadai, bahkan tidak adanya pertanggungjawab dari pengelola ke pihak yayasan kecuali pertanggungjawaban yang bersifat financial.

Hal tersebutlah yang menimbulkan ketidak displinan dari semua bagian, untuk bisa menjalankan tugas dengan sepenuh hati.

Lack of Competence atau Personal Limitation
merupakan situasi dimana orang-orang yang melaksanakan tugas tidak mampu mengerjakan tugas tersebut dengan baik karena keterbatasan kemampuan mereka. (Agung Praptapa, 2009:14)
Berdasarkan pengamatan dalam lembaga ini, terjadi Lack of Competence atau Personal Limitation
sebagai berikut:
1. Penempatan SDM yang terkesan yang penting ada staff/karyawan yang menempati atau menduduki dan bertangungjawab.
2. Pelatihan dan pengembangan hanya ada untuk SDM yangmenduduki jabatan penting, belum menyentuh ke level bawah atau ke bagian administrasi

Anonymous said...

Risdianto
P2CB09029
Salam …
Problem atau masalah selalu hadir dalam hidup kita. Apa pun bentuk dan macamnya sangat akrab dengan kita. Sebanyak apa pun problem, pada dasarnya adalah terbagi menjadi dua yaitu controllable (dapat dikendalikan) dan uncontrollable (tidak dapat dikendalikan). Saya melakukan pengamatan lebih mendetail selama beberapa hari ini berdasarkan kuliah yang diberikan oleh Bapak Agung Praptapa dan buku yang beliau tulis tentang the art of controlling people. Pengamatan yang saya lakukan adalah pada usaha mikro dibidang makanan ringan di daerah Cirebon.
Di awal saya membaca buku beliau, saya langsung tertarik dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang :
1. apakah anda yakin bahwa karyawan tahu apa yang dimaui perusahaan?
2. apakah anda yakin bahwa para karyawan 100% mau mengerjakan apa yang seharusnya mereka kerjakan?
3. apakah anda yakin bahwa para karyawan mampu mengerjakan tugas-tugas mereka?
Pertanyaan-pertanyaan mendasar itu membuat saya tersadar bahwa selama ini saya melupakan hal-hal mendasar dalam hal kita ingin mencapai kesuksesan bersama, selama ini kesuksesan hanya diukur dengan target produksi tercapai, keuntungan maksimal dan ukuran-ukuran normatif lainnya yang membuat kita lupa membenahi sisi internal kita. Kelemahan sisi internal ini ternyata berbuah seperti sekarang ini, dimana kondisi perusahaan secara keseluruhan sudah semakin menurun.
Berdasarkan tiga pertanyaan mendasar diatas, saya mengamati bahwa dalam perusahaan ini terjadi lack of direction atau kekurangan arahan. Apa yang dimaui perusahaan dari karyawan dan apa yang dimaui karyawan dari perusahaan belum mencapai titik temu. Pada perusahaan ini saya mengamati bahwa karyawan sebenarnya tahu apa yang dimaui perusahaan tapi tidak sesuai dengan apa yang dimaui perusahaan. Salah satu contoh kecil adalah pemahaman karyawan terhadap Standard Operating Procedure (SOP) yang masih sering salah diterjemahkan oleh para karyawannya. Hal itu ternyata beberapa kali terjadi dan berulang pada beberapa hari pengamatan saya disana. Untuk menjawab pertanyaan kedua diatas, saya juga melihat bahwa pada perusahaan ini terjadi lack of motivation atau kekurangan motivasi, saya amati beberapa hari ini ternyata situasinya adalah para karyawan tidak bekerja sekeras yang seharusnya, ini terjadi karena berhubungan dengan problematika yang pertama, antara apa yang dimaui perusahaan dan apa yang dimaui karyawan tidak mencapai titik temu sehingga terjadilah juga lack of motivation karena para karyawan merasa apa yang dimauinya tidak terpenuhi sehingga tidak ada motivasi untuk bekerja yang seharusnya. Beberapa karyawan merasa bahwa upah mereka tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak mengalami kenaikan selama bebrapa tahun ini, proses reward dan punishment pun tidak jelas. Untuk pertanyaan ketiga diatas, pada perusahaan ini juga terjadi lack of competence atau personal limitation atau keterbatasan kemampuan, karyawan tahu apa yang dimaui perusahaan dan mau melakukan apa yang dimaui perusahaan tapi ternyata mereka tidak mampu karena keterbatasan mereka untuk melakukan hal itu. Diperusahaan ini salah satu posisi yang cukup penting adalah posisi pada bagian oven, karena hasil akhir ini jadi tolok ukur hasil produksi, di posisi ini karyawan tahu apa yang dimaui perusahaan dan mereka mau berusaha melakukan pekerjaan itu sekeras apa yang dimaui tapi ternyata mereka mempunyai keterbatasan dalam melakukannya, beberapa hari pengamatan saya menemukan hasilnya tidak sesuai (tidak seperti hasil produksi pesaing). Hal ini terjadi karena kurangnya perusahaan dalm mengembangkan kemampuan karyawannya melalui berbagai pelatihan.
Terimakasih kepada Bapak Agung Praptapa atas pencerahannya, sekarang saya sudah lebih bisa memetakan masalah dan pengendaliannya.

Anonymous said...

Saya Mokhamad Kodir , NIM P2CB09017 bekerja di Perguruan Tinggi swasta di daerah Tegal. Saya mencoba mengamati kegiatan yang ada di Institusi saya. Dalam pengamatan tersebut saya mencoba mengaplikasi teori yang dikemukakan oleh Pak Agung dalam bukunya The Art of Controlling People: Strategi Mengendalikan Perusahaan terutama mengenai problematika pengendalian (control problem):
1.Lack of Direction
Didalam lembaga pendidikan tersebut, saya menjumpai lack of direction sebagai berikut:
• Visi dan misi organisasi belum dikomunikasikan secara efektif kepada struktural karyawan. Ketidakpahaman ini mengakibatkan tidak adanya ‘semangat para karyawan terhadap pencapaian tujuanorganisasi.
• Pedoman atau standard operational procedure yang dibuat oleh organisasi cenderung sebagai hiasan belaka. Kondisi ini menimbulkan kebingungan para karyawan terhadap arah dasar organisasi dan menjadi kesulitan bagi mereka dalam menjalankan tugasnya..
• Belum adanya proses evaluasi yang kontinyu dan terdokumentasi dengan baik atas tujuan maupun program organisasi jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Lack of Motivation
Didalam lembaga pendidikan tersebut, saya menjumpai lack of motivation sebagai berikut:
a. Karyawan bekerja tidak bisa total. Karena pimpinan jarang ke kantor sehingga control kurang maksimal, karyawan bekerja ala kadarnya.
b. Tidak ada jenjang karier. Dalam recruitment karyawan tidak menggunakan standard yang ada sehingga asal SDM yang mau bekerja sehingga mereka pokoknya bekerja.
c. Tidak ada insetif yang menarik. Semua karyawan diberi kompensasi yang sama.
d. Tidak ada reward dan punishment. Jarangnya pimpinan ke kantor menyebabkan karyawan bekerja asal-asalan.


3. Lack of Competence atau Personal Limitation

1. Kurang mampu mengembangkan potensi diri dikarenakan gaya kepemimpinan yang kaku dan otoriter.
2. Kurangnya kemampuan dalam mengembangkan potensi diri karena ada sistem masa bodo sehingga kemampuan karyawan tidak bisa meningkat dan terbina
3. Penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan keahliannya.
4. Kurangnya pelatihan sehingga kemampuan karyawan jalan di tempat.

Dari control problem di atas dapat disimpulkan untuk mengatasinya dengan memerlukan komunikasi yang efektif dengan karyawan dan penekanan yang berulang-ulang mengenai visi-misi,tujuan,sasaran dan strategi serta langkah-langkah yang harus dilakukan oleh tiap-tiap elemen dalam organisasi. Selain itu pendekatan secara external dan internal (slogan, motto, pendekatan iman). Perekrutan karyawan yang baik dan diimbangi oleh pengembangan karir.

Terima Kasih dan salam hangat selalu…

Anonymous said...

MULYANTO
P2CB09004
Program of study Management MSi.

Answer of task (Mr. Agung Praptapa)

According to my OBSERVATION in my our school, SMK BINA KARYA 1 KARANGANGAR KEBUMEN I have found that there were some control problems .
1. lack of direction
Not all office staffs and teachers understood the school vision and mission .
I asked some teachers and staffs what the school vision and mission were. Most of them didn’t understand them. The school vision and mission had been written on the board in the teacher room but the headmaster never explained the vision and mission to them. To achieve the school objectives ,understanding vision and mission is a must. Without understanding them teachers and school staffs will not have the clear direction what the school wants to achieve. To solve this problem the school management should periodically internalize the vision and mission of school to all teachers and education staffs, then long term planning and short term planning should be decided and should be understood by all teachers and staffs of education.

2. lack of motivation

Lack of motivation also happened in our school.Student's bad marks indicated that teachers had bad performance. Teachers had known what to do but they did not do it.For example a teacher did not make a lesson plan so that he/she did not teach systematically. He/she could make it but he/she did not do it.
To solve the problem, the headmaster should monitor and inspect the teachers regularly and direct them to do it. To motivate this action he can give reward to the teachers who can do their jobs properly and give punishment to them who don't do their jobs.

3. Lack of competence

To get the result of jobs according to the target we have decided before, we must place the man in the right place.This is easy to speak but it is difficult to do.Not all companies or institutions have employees who have competence needed by the company. Our school has several teachers whose competence is not congruent with the subjects he/she teaches to his/her students.
To solve this problem the school must recruit new teachers having competence that is needed by school.It is also important for the school to upgrade its teacher by sending them to the training centers in order the problem of lack of competence can be minimized gradually.

rosilah p2cb09033 said...

ROSILAH
P2CB09033


Saya, Rosilah, akan menyampaikan problem pengendalian yang terdapat pada sebuah lembaga keuangan di kota Tegal. Di dalam bukunya “ The Art of Controlling People “ oleh Mr. Agung Praptama menjelaskan bahwa Seseorang yang terlampau lama di suatu posisi tertentu akan membuat yang bersangkutan memiliki “ rasa memiliki” yang berlebihan terhadap unit tertentu. Rasa memiliki ( sense of belonging) memang sangat diperlukan, namun rasa memiliki yang berlebihan terhadap suatu unit tertentu bisa mengaburkan rasa memiliki organisasi secara keseluruhan.
Saya berusaha mengungkapkan sebuah control problem dalam lembaga keuangan tersebut, antara lain :

1. Lack of Direction (kekurangan arahan), yaitu situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaui oleh organisasi dari dirinya.
- Orang- orang yang bekerja dalam lembaga keuangan tahu bahkan hafal akan visi dan misi dari lembaga keuangan tersebut namun mereka tidak memahami benar apa yang diharapkan oleh lembaga.
- Manajer dalam menetapkan kebijakan kurang sosialisasi sehingga kurang dapat dipahami oleh karyawannya

2. Lack of Motivation, (kekurangan motivasi), yaitu situasi dimana orang-orang dalam organisasi tidak mau bekerja sekeras yang seharusnya.
Dalam lembaga tersebut saya menjumpai adanya tenaga kontrak yang tidak sesuai dengan perjanjian kontraknya. Dalam perjanjian kontrak disebutkan bahwa tenaga kontrak apabila sudah bekerja selama 2 tahun dan hasil evaluasi kinerjanya bagus maka tenaga kontrak tersebut akan diangkat menjadi pegawai tetap. Namun situasi yang ada tidaklah demikian, mereka bekerja sudah lebih dari 2 tahun dan masih berstatus tenaga kontrak. Kondisi ini mengakibatkan karyawan kurang bergairah dalam berkarier karena hak-hak mereka tidak diberikan sepenuhnya.

3. Lack of competence atau personal limitation (keterbatasan kemampuan ), yaitu situasi di mana orang-orang yang melaksanakan tugas tidak mampu mengerjakan tugas tersebut dengan baik karena keterbatasan kemampuan mereka.
Model karier dengan ‘ABS’ (Asal Bapak Senang) sering tidak menempatkan karyawan pada posisi yang seharusnya. Menempatkan karyawan bukan pada posisi yang tepat sehingga mengakibatkan karyawan tersebut tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya.

Permasalahan yang dihadapi oleh lembaga tersebut cukup komplek sehingga tujuan lembaga kadang tidak memenuhi target. Setelah membaca buku Strategi mengendalikan perusahaan kami berbenah diri dan terinspirasi untuk menerapkan ilmu tersebut dalam organisasi.

Terima kasih dan salam sukses

Anonymous said...

Name : Mulyanto
Student Identity number :P2CB09004
Lecture : Management Controlling System
Lecturer : Drs.Agung Praptapa, MBA
===================================================================================


Answer of task (Mr. Agung Praptapa)

According to my OBSERVATION in my our school, SMK BINA KARYA 1 KARANGANGAR KEBUMEN I have found that there were some control problems .
1. lack of direction
Not all office staffs and teachers understood the school vision and mission .
I asked some teachers and staffs what the school vision and mission were. Most of them didn’t understand them. The school vision and mission had been written on the board in the teacher room but the headmaster never explained the vision and mission to them. To achieve the school objectives ,understanding vision and mission is a must. Without understanding them teachers and school staffs will not have the clear direction what the school wants to achieve. To solve this problem the school management should periodically internalize the vision and mission of school to all teachers and education staffs, then long term planning and short term planning should be decided and should be understood by all teachers and staffs of education.

2. lack of motivation

Lack of motivation also happened in our school.Student's bad marks indicated that teachers had bad performance. Teachers had known what to do but they did not do it.For example a teacher did not make a lesson plan so that he/she did not teach systematically. He/she could make it but he/she did not do it.
To solve the problem, the headmaster should monitor and inspect the teachers regularly and direct them to do it. To motivate this action he can give reward to the teachers who can do their jobs properly and give punishment to them who don't do their jobs.

3. Lack of competence

To get the result of jobs according to the target we have decided before, we must place the man in the right place.This is easy to speak but it is difficult to do.Not all companies or institutions have employees who have competence needed by the company. Our school has several teachers whose competence is not congruent with the subjects he/she teaches to his/her students.
To solve this problem the school must recruit new teachers having competence that is needed by school.It is also important for the school to upgrade its teacher by sending them to the training centers in order the problem of lack of competence can be minimized gradually.

Anonymous said...

Tugas Mata Kuliah
Saya Sujarwo/P2CB09030 mahasiswa MSi angkatan 2009
Sebelumnya mohon maaf baru mengirim tugas karena baru masuk kuliah pada hari sabtu 20 Maret 2009

Management Control is about taking steps to help ensure that the employees do what is best for the organization. (Agung Praptapa, Bahan Kuliah)

Perubahan lingkungan eksternal berpengaruh pada kinerja organisasi (perusahaan) sehingga akan merubah strategi dengan visi, dan misi yang baru. Sehingga memerlukan system manajemen kinerj ayang baru. Manajemen kinerja sebagai alat untuk mengkomunikasikan tujuan dan pencapaian (goal & achievement), menjamin bahwa organisasi menggunakan sumber daya yang efisien, focus pada perbaikan yang berkelanjutan, panduan yang kritis untuk evaluasi efektivitas organisasi.

Untuk mencapai kinerja organisasi harus ditentukan indicator kinerja sasasaran yang akan dituju sesuai dengan visi, misi dan strategi. Indikator kinerja diketahui dan disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pemilik, manajemen, karyawan. Untuk memastikan kinerja organisasi merupakan sekumpulan kinerja individu di setiap unit kerja, kinerja masing-masing unit kerja secara keseluruhan akan membentuk kinerja organisasi (perusaan).

Salah satu kunci keberhasilan organisasi tergantung pada pengendalian manajemen sumber daya manusi. SDM sebagai human capital yang sangat menentukan terhadap pengembangan dan pertumbuhan organisasi, SDM mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mengoperasikan sumber daya lain selain SDM untuk melipatgandakan nilai organissasi (perusahaaan).

Visi, misi, sasaran dan strategi pencapaiannnya harus diketahui, dipahami, dan dijalankan oleh seluruh karyawan. Untuk memastikan apakan capain kinerja sesuai sasaran dilakukan evaluasi secara berkala. Evalusi ini penting untuk mengetahui seberapa besar capain kinerja organisasi. Selain itu juga untuk mengetahui apakah sasaran yang dicapai terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga dapat dijadikan rekomendasi terhadap sasaran capaian kinerja berikutnya.

Tidak semua sasaran kinerja akan tercapai secara maksimal sesuai dengan indicator kinerja yang telah disepakati. Ada 3 (tiga) issu dalam pengendalian manajemen di bidang SDM yaitu adanya :
1. Lack of direction, apakah Anda yakin bahwa karyawan tahu apa yang dimaui perusahaan?
2. Lack of motivation, apakah Anda yakin bahwa karyawan tahu apa yang dimaui perusahaan?
3. lack of competence, Apakah Anda yakin bahwa mereka mampu mengerjakan tugas-tugasnya?

sujarwo said...

Lanjutan Tugas oleh Sujarwo
Sebagai contoh adalah issu pengendalian manajemen yang dihadapi pada unit kerja di bidang perencanaan pada sebuah organisasi pendidikan.

Lack of Direction
Direction merupakan salah satu competency (role competency) yang dimiliki oleh seorang yang menduduki jabatan setingkat manajer yang mempunyai anak buah.
Seorang pimpinan harus mampu memberikan arahan kepada bawahan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kompetensi yang diampu seorang pemimpin adalah :
• Mampu memberikan arahan, memandu, memerintah, dan memberi teladan.
• Mampu menggerakan seluruh karyawan untuk memahami sasaran yang akan dicapai oleh organisasi dan memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai sasaran.
• Mampu membimbing bawahan, menyelesaikan masalah, serta membangun komitmen seluruh karyawan.
Problem yang dihadapi di unit kerja perencanaan organisasi pendidikan adalah kemampuan pimpinan di level kedua menterjemahkan kebijakan dari puncak pimpinan yang kurang memberikan pemahaman dan pengarahan pada anak buahnya dalam menyusun perencanaan anggaran. Komunikasi yang dijalankan tidak dilandasi pada hierarkhi organisasi sehingga setiap staf dapat langsung kepada pucuk pimpinan sehingga sering terjadi bias informasi sehingga penentuan kebijakan perencanaan sering berubah-ubah.

Lack of Motivation
Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak akan timbul. Motivasi juga dapat ditimbulkan dari luar yaitu adanya daya tarik yang memacu motivasi karyawan untuk bekerja. Ada sesuatu yang akan dituju untuk mencapai sasaran. Organisasi perlu mendorong motivasi bekerja kaeyawan dengan memberikan pamahaman dan pengertian tentang sasaran kinerja yang akan dituju, system kompensasi yang adil, adanya jenjang karir yang jelas, fasilitas dan lingkungan kerja yang nyaman, adanya system dan prosedur kerja yang jelas.

Banyak dari kita yang mempunyai keinginan dan ambisi besar, tapi kurang mempunyai inisiatif dan kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Ini menunjukkan kurangnya energi pendorong dari dalam diri kita sendiri atau dari luar.

Kurangnya motivasi tersebut dapat disebabkan oleh diri karyawan itu sendiri maupun dari luar. Untuk itu organisasi perlu mendorong motivasi dengan memberikan program-program yang jelas dan bermanfaat bagi karyawan dalam bidang pengembangan sumber daya manusi.

Kurangnya motivasi yang ada di unit kerja perencanaan pada sebuah organisasi pendidikan yang dialami antara lain tidak jelasnya mekanisme kerja yang didukung dengan system dan pedoman, system kompensasi yang belum mencerminkan kinerja individu, dan system reward and punishment.



Lack of Competency
Kompetensi adalah suatu Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk dapat sukses pada suatu posisi pekerjaan.

Kesenjangan tuntutan kompetensi di organisasi dapat dibedekan menjadi dua kelompok kompetensi yaitu Hard Competency dan Soft Competency

Hard Competency :
• Pengetahuan (Knowledge) : ilmu yang dimiliki individu dalam bidang tertentu
• Keterampilan (Skill) : keahlian melakukan suatu tugas baik secara fisik maupun mental

Soft Competency :
• Konsep Diri (Self Concept) : persepsi individu tentang indentitasnya termasuk nilai, citradiri. Contoh: melihat dirinya sebagai leader, follower, expert
• Sifat (Characters) : cara khas dalam berprilaku secara konsisten. Contoh: introvert, extrovert
• Motif (Motives) : pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berprilaku. McClelland : achievement, affiliation, power

Kesenjangan kompetensi yang ada di bidang perencanaan lebih banyak pada hard dan soft competency. Hard competency lebiha banyak disebabkan oleh ketrampilan dan pengetahuan untuk menyusun sebuah program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pimpinan.